Siaran Pers
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau
Pekanbaru, 02 Oktober 2024. Puluhan orang muda Riau terdiri dari mahasiswa, organisasi mahasiswa pencinta alam, dan organisasi masyarakat sipil ambil bagian dalam aksi Hari Tani Nasional (29/09/2024). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah selama ini telah merampas tanah dan ruang hidup atas nama pembangunan yang justru melayani oligarki dan dinasti politik.
Bertempat di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) jalan Jendral Sudirman Pekanbaru, dilaksanakan kegiatan orasi, puisi, dan pawai yang disajikan melalui alat peraga spanduk dan photo up yang bertuliskan “Tuntutan Orang Muda Untuk Reforma Agraria Sejati“, “Tanah Untuk Petani, Bukan Untuk Korporasi, Kembalikan Hak Petani“, dan “Perempuan Berdaulat Jaga Tanah Ulayat“.
Khariq Anhar, Presiden Nasional (Presnas) I Ikatan BEM Pertanian Indonesia (IBEMPI), menyebutkan kebijakan yang diterbitkan pemerintah tak berakar pada persoalan paling dasar petani, yakni hak kepemilikan tanah untuk menunjang produksi. Kebijakan yang dibuat digukanakan untuk merampas tanah dan ruang hidup masyarakat dan menuai konflik. “Kebijakan yang dibuat hanya untuk menindas dan merampas tanah masyarakat, itu dirasakan oleh masyarakat Pulau Rempang yang saat ini masih tertindas dari pembangunan PSN Rempang Eco-City,”ucap Khariq.
Selanjutnya, Muhammad Rafi, perwakilan Extinction Rebellion (XR) Riau menyinggung soal impor pangan yang mengancam kedaulatan dan kehidupan petani, menurutnya pemerintahan gagal memenuhi cita-cita kedaulatan pangan. Kebijakan impor hanya menguntungkan pemodal dan korporasi. “Impor pangan khususnya beras sangat mencekik petani, kita harusnya mandiri pangan dan mengurangi ketergantungan impor beras dengan mengkonsumsi produk petani lokal,”ujar Rafi.
Sri Depi Surya Azizah, perwakilan WALHI Riau menyampaikan bahwa dalam penataan pemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian perlu keterlibatan kelompok petani perempuan. Menurutnya negara harus memperkuat hak asasi perempuan, khususnya hak atas tanah, hak kepemilikan, dan akses terhadap keadilan. “Petani perempuan merupakan aktor penting dalam menjaga keseimbangan dalam pengelolaan sumber-sumber penghidupan,” kata Depi. Ia menambahkan ketika ruang kelola petani perempuan dirampas, akan bertampak pada menurunya produksi pangan, krisis air bersih dan hilangnya sumber kearifan lokal.
Usai orasi, aksi di tutup dengan pembacaan puisi oleh Cahyo Saputra dan Sylvia dari Wanapalhi, berjudul Catatan Hati Seorang Tani, setelah itu masa aksi berjalan membentangkan spanduk dan photo up sepanjang jalan Jendral Sudirman.
Narahubung: WALHI Riau (082288245828)